Masalah
MASALAH PENELITIAN
Masalah merupakan suatu kesulitan yang harus dilalui
dengan mengatasinya, dan menampakkan diri sebagai tantangan serta bersifat
realistis. Masalah merupaka kesenjangan (gap) antara apa yang seharusnya dengan
apa yang terjadi atau antara apa yang diharapkan dengan apa yang menjadi
kenyataan. Kesenjangan itu hendaklah merupakan sesuatu yang dapat dimanipulasi
(manipulate) dan dipecahkan dengan pendekatan ilmiah.
A. Hakekat dan Kriteria Pemilihan masalah
Memahami dan memilih masalah yang wajar untuk diteliti
bukanlah semata-mata mencabut sesuatu yang kelihatannya kurang berarti dan
rusak dalam suatu wacana kehidupan. Sesuatu itu hendaklah dilihat dalam kontek
dan realitasnya, ditelusuri, diamati, dibandingkan, dan dibedakan, dengan menggunakan
berbagai kriteria.
Dalam Dictionary of Education dinyataan bahwa : “ A
problem is a perplexing situation... translated into a question or series of
questions that help determine the direction of subsequent inquiry”. Masalah
merupakan suatu situasi senjang, dan rumit yang membutuhkan suatu pemecahan.
Sedangkan Nachmias (1981) mengemukaan bahwa : A problem is an intellectual
stimulus calling for answer in the form of scientific inquiry. Masalah
merupakan stimulus intelektual yang membutuhkan jawaban dalam bentuk
penyelidikan yang bersifat ilmiah.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih
masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Masalah harus jelas dan tidak meragu-ragukan.
Sebagai awal kegiatan ilmuah,
masalah itu harus jelas dan dapat didekati dengan pendekatan ilmiah.
2. Masalah hendaklah berarti, baik bagi diri pribadi,
institusi, masyarakat ataupun perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Masalah yang diteliti hendaklah berada dalam batas
kemampuan dan jangkauan peneliti.
Darisegi disiplin ilmu masalah itu
hendaklah dalam cakupan ilmu peneliti sehingga yang bersangkutan mengakomodir
masalah itu secara tuntas dan jelas sehingga memberikan deskripsi yang tepat
terhadap masalah yang dipecahkan.
4. Masalah itu menarik minat peneliti.
Minat menunjukkan jenis pengalaman
perasaan seseorang terhadap suatu objek dan atau merupakan keterlibatan
perhatian pada suatu objek atau tindakan. Pemusaan perhatian dan minat akan
sangat membantu peneliti dalam menyusun proposal.
5. Dalam penelitian kuantitatif, masalah itu hendaklah
menyatakan hubungan dua variabel atau lebih, sekurang-kurangnya harus memilih
masalah yang mencakup dua variael, yaitu variabel bebas (indipendent variable)
dan variabel terikat / tergantung (dependent variable).
6. Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan faktor biaya
yang digunakan.
7. Data dapat dikumpulkan dengan capat, tepat dan benar.
Dari sisi lain perlu pula mendapat
perhatian mengenai data yang mempunyai validitas internal dan eksternal.
Validitas internal berkaitan dengan seberapa jauh hasil penelitian merupakan
fungsi dari perlakuan. Validitas eksternal merujuk pada tingkat dimana dapat
menggeneralisasi hasil temuan suatu penelitian untuk dapat menjelaskan atau
meramalkan kejadian-kejadianyang serupa.
8. Masalah itu hendaklah sesuatu yang aktual dan hangat pada
waktu penelitian diadakan.
9. Yang dijadikan masalah hendaklah sesuatu yang baru dan
telah diwajar untuk diteliti atau akan menemukan bentuk baru dari sesuatu yang
telah ada.
10. Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan waktu yang
tersedia.
11. Untuk peneliti pemula sebaiknya lebih hati-hati dalam
memilih masalah.
B. Tipe Masalah Penelitian
Secara umum masalah dalam
penelitian dapat dikategorikan dalam dua bentuk:
1. Masalah-masalah yang bersifat pribadi (personal
problems).
Masalah ini memang ada tetapi
sulit dirumuskan secara benar dan sulit didekati secara tuntas dengan
menggunakan pendekatan ilmiah, kalau peneliti belum mampu dan kurang
berpengalaman dalam peneliti, serta kurang menguasai bidang ilmu yang
sesungguhnya.
2. Masalah yang dapat diteliti (researchable problems).
Masalah yang dapat diteliti
merujuk kepada semua objek, peristiwa atau kejadian kalau kepada kondisi itu
dapat digunakan pendekatan ilmiah dalam mengungkapkannya. Kalau dihubungkan
dengan tujuan penelitian, maka masalah dalam kategori kedua ini dapat dibedakan
lagi:
a. Masalah untuk memverifikasi atau memvalidasi teori
b. Masalah untuk memperjelaskan pertentangan dari penemuan-penemuan
sebelumnya.
c. Masalah untuk membetulkan kesalahan metodologi maupun
analisis yang digunakan.
d. Masalah untuk memecahkan pertentangan pendapat.
C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau
inventarisir masalah. Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan
yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain. Masalah penelitian
akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah
kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum
bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan
(observasi, survey, dsb).
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan
yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu
fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda
antara sesuatu dengan yanglain.
Beberapa
hal yang dijadikan sumber masalah adalah:
1.
Bacaan
Bacaan yang berasal dari jurnal-jurnal penelitian yang
berasal dari laporan hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber
masalah, karena laporan penelitian yang baik tentunya mencantumkan rekomendasi
untuk penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Suatu
penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang ada, karena
keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan
mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang dimuat dimedia cetak.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang dimuat dimedia cetak.
2. Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan
ilmiah, seperti seminar, diskusi. Lokakarya, konfrensi dan sebagainya. Dengan
pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban
melalui penelitian.
3.
Pernyataan
Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung
menjadi figure yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang
diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah.
Pemegang otoritas di sini dapat bersifat formal dan non formal.
4. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun
dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat melahirkan suatu masalah. Contoh :
Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan
perilaku siswanya dalam proses belajar mengajar.
5. Wawancara dan Angket
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu
kondisi aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi
masyarakat tertentu. Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat
akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut.
Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk mengadakan penjajakan
tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk menyakinkan adanya
permasalahan-permasalahan di masyarakat.
6. Pengalaman
Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik.
Tetapi tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang itu selalu positif,
tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperolehya
sendiri maupun dari orang lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab
melalui penelitian.
7.
Intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah.
masalah penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang
tidak terencanakan.
Ketujuh faktor diatas dapat saling mempengaruhi dalam
melahirkan suatu masalah penelitian, dapat juga berdiri sendiri dalam
mencetuskan suatu masalah. Jadi untuk mengindentifikasi masalah dapat melalui
sumber-sumber masalah di atas. Sumber-sumber masalah tersebut dapat saling
berinteraksi dalam menentukan masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu
sumber saja.
Setelah masalah diindentifikasi, selanjutnya perlu
dipilih dan ditentukan masalah yang akan diangkat dalam suatu penelitian. Untuk
memilih dan menentukan masalah yang layak untuk diteliti, perlu mempertimbangkan
kriteria problematika yang baik.
Ada beberapa kriteria dalam merumuskan problematika penelitian yang baik, sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut ini:
Ada beberapa kriteria dalam merumuskan problematika penelitian yang baik, sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut ini:
1. Menurut Jack. R. Fraenkel dan Norma E. Wallen (1990)
masalah penelitian biasanya ditunjukkan sebagai pertanyaan. Karakteristik
pertanyaan penelitian yang baik menurutnya adalah:
·
Pertanyaan
itu harus feasible, artinya pertanyaan atau masalah penelitian itu dapat
memungkinkan untuk diteliti, dipandang dari segi waktu, energi atau biaya.
·
Pertanyaan
itu harus jelas, artinya pertanyaan tersebut harus dirumuskan dengan kalimat
yang sederhana yang dapat disepakati maknanya oleh sebagian besar masyarakat.
·
Pertanyaan
itu harus signifikan, maksudnya bahwa masalah penelitian itu akan memberikan sumbangan
pengetahuan yang penting bagi manusia.
·
Pertanyaan
itu harus etis, artinya pertanyaan atau permasalahan tersebut apabila diteliti
tidak akan merusak atau membahayakan manusia atau lingkungan alam dan
lingkungan manusia.
2. Menurut John W. Best (1977) menyatakan bahwa masalah
penelitian dikatakan baik (tepat dan pantas diajukan sebagai masalah
penelitian), apabila pertanyaan-pertanyaan penjajakan berikut dapat terjawab,
yaitu:
·
Apakah
masalah tersebut dapat dijawab secara efektif melalui proses penelitian? Apakah
bisa dikumpulkan data relevan yang diperlukan untuk menjawab masalah tersebut?
·
Apakah
masalah tersebut membawa hasil temuan yang cukup bermakna? Apakah mengandung
sesuatu yang penting di dalam masalah tersebut? Apakah pemecahan masalah atau
penemuannya nanti akan memberikan sesuatu yang baru kepada khasanah teori dan
praktek pendidikan?
·
Apakah
masalah tersebut merupakan sesuatu yang baru? Apakah masalah tersebut sudah diteliti
sebelumnya? Hal ini untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.
·
Apakah
masalah tersebut memungkinkan (fisibel) untuk diteliti? Hal ini termasuk
kesesuaian masalah dengan latar belakang si peneliti, sehingga si peneliti
perlu melakukan penjajakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
3. Menurut Donald Ary dan kawan-kawan (dalam Arief Furchan,
192) menyatakan ada beberapa kriteria permasalahan yang baik, yaitu:
·
Masalah
hendaknya merupakan masalah yang pemecahannya akan memberikan sumbangan kepada
bangunan pengetahuan di bidang pendidikan.
·
Masalah
itu hendaknya merupakan masalah yang akan membawa kepada persoalan-persoalan
baru dan demikian juga kepada penelitian-penelitian berikutnya.
·
Permasalahan
hendaknya merupakan permasalah yang dapat diteliti.
·
Permasalahan
itu harus sesuai bagi si peneliti, menarik bagi si peneliti, sesuai dengan
bidang yang dikuasai dan waktu yang tersedia baginya.
4. Menurut Suharsimi Arikunto (199) bahwa permasalahan
penelitian yang baik perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.
·
Permasalahan
tersebut harus sesuai dengan bidang ilmu yang sudah dan atau yang sedang di
dalami. Dalam khasanah keilmuan dikenal adanya peta keahlian.
·
Permasalahan
yang dipilih harus sesuai dengan minat calon peneliti.
·
Permasalahan
yang dipilih harus penting dalam arti mempunyai kemanfaatan yang luas.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa problematika penelitian yang baik, apabila problematika penelitian tersebut
memenuhi dua kriteria yaitu:
1. Kriteria yang bersifat subjektif
Kriteria
subjektif berhubungan dengan si peneliti, yaitu menyangkut:
·
Kemampuan
dan Keahlian
Permasalahan
yang dipilih seharusnya sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki si
peneliti.
·
Minat
Permasalahan
yang dipilih seharusnya sesuai dengan minat si peneliti. Apabila si peneliti
sudah tidak tertarik pada suatu masalah “tertentu”, sebaiknya jangan diteliti.
Pilihlah dan telitilah masalah yang benar-benar anda minati. Seseorang yang
sudah tidak berminat pada suatu masalah, maka sulitlah masalah tersebut dapat
menjadi bagian dari dirinya. Padahal masalah dalam penelitian harus merupakan
bagian dari si peneliti. Penelitian akan berhasil dengan baik, manakala masalah
penelitian sesuai dengan minat peneliti.
·
Biaya
penelitian yang dimiliki.
Dalam
memilih masalah penelitian, diperlukan pertimbangan biaya yang harus diperlukan
(disediakan). Jangan memilih masalah yang memerlukan biaya banyak untuk
penelitiannya, sementara biaya yang ada terbatas sekali.
·
Waktu
yang tersedia
Dalam
memilih masalah yang diangkat dalam suatu penelitian, hendaknya memperhatikan
waktu yang dibutuhkan dalam penelitian. Pilihlah masalah sesuai dengan
kemampuan waktu yang peneliti miliki.
·
Alat-alat
dan fasilitas yang tersedia dalam melakukan penelitian
Dalam memilih dan menentukan masalah dalam penelitian perlu mempertimbangkan alat-alat atau fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam penelitian. Pilihlah masalah yang tersedia alat (instrument) dan fasilitasnya untuk penelitian.
Dalam memilih dan menentukan masalah dalam penelitian perlu mempertimbangkan alat-alat atau fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam penelitian. Pilihlah masalah yang tersedia alat (instrument) dan fasilitasnya untuk penelitian.
·
Penguasaan
metodologi penelitian.
Penguasaan
metodologi penelitian penting sekali bagi para peneliti. Masalah yang dipilih
perlu mempertimbangkan metodologi yang digunakan dalam penelitian. Apakah
penelitian mampu menerapkan metodologi yang dipakai dalam menjawab masalah
penelitian.
2. Kriteria yang bersifat objektif.
Pertimbangan objektif merupakan pertimbangan yang dating
dari arah masalahnya itu sendiri. Pertimbangan objektif ini mengarah kepada
pemberian sumbangan kemanfaatan, yang meliputi (1) Pengembangan teori dalam
bidan yang bersangkutan, (2) Pemecahan masalah-masalah praktis.
Menurut Winarno Surachmad (1989) menyatakan beberapa
factor intern dan ekstern yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan masalah,
yaitu:
·
Apakah
masalah ini berguna untuk dipecahkan?
·
Apakah
terdapat kepandaian yang diperlukan untuk pemecahan masalah itu?
·
Apakah
masalah itu sendiri menarik untuk dipecahkan?
·
Apakah
masalah ini memberikan sesuatu yang baru (aktual)?
·
Apakah
untuk pemecahan masalah tersebut dapat diperoleh data yang secukupnya?
·
Apakah
masalah itu terbatas sedemikian rupa sehingga jelas batas-batasnya dan dapat
dilaksanakan pemecahannya?
Seorang peneliti harus mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, sebelum menentukan masalahnya. Karena dengan
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tersebut, akan menjadi dasar
dalam meyakini jawaban masalah penelitian.
D.
Batasan Masalah
Rumusan masalah
adalah pertanyaan penelitian, yang umumnya disusun dalam bentuk kalimat tanya,
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya penelitian
akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji / dicari tahu oleh si
peneliti. Masalah yang dipilih harus “researchable” dalam arti masalah tersebut
dapat diselidiki. Masalah perlu dirumuskan secara jelas, karena dengan
perumusan yang jelas, peneliti diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel
apa yang akan diukur dan apakah ada alat-alat ukur yang sesuai untuk mencapai
tujuan penelitian. Dengan rumusan masalah yang jelas, akan dapat dijadikan
penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pandangan yang
dinyatakan oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990:23) bahwa salah
satu karakteristik formulasi pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan
penelitian harus clear. Artinya pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya
disusun dengan kalimat yang jelas, tidak membingungkan. Dengan pertanyaan yang
jelas akan mudah mengidentifikasi variabel-variabel apa yang ada dalam
pertanyaan penelitian tersebut, dan berikutnya memudahkan dalam mendefenisikan
istilah atau variabel dalam pertanyaan penelitian. Dalam mendefenisikan istilah
tersebut depat dengan (1) Constitutive definition, yakni dengan pendekatan
kamus (dictionary approach), (2), Contoh atau by example dan (3) Operational
definition, yakni mendefenisikan istilah atau variabel penelitian secara
spesifik, rinci dan operasional.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian,
antara lain adalah:
1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna
Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
2. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan kalimat pernyataan.
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan kalimat pernyataan.
3.
Rumusan
masalah hendaknya jelas dan kongkrit.
Rumusan
masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan
diselidiki, mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana
melakukannya dan apa tujuan yang diharapkan.
4. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasionai.
Sifat
operasional dari rumusan masalah, akan dapat memungkinkan peneliti memahami
variabel-variabel dan sub-sub variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana
mengukurnya.
5. Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang
memungkinkannya pengumpulan data di lapangan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam masalah penelitian tersebut.
6.
Perumusan
masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan penarikan simpulan
yang tegas. Kalau disertai rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya
disertai penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasional
Komentar
Posting Komentar